Ketika kita berbicara tentang waktu, kita seringkali menganggapnya sebagai sesuatu yang konsisten dan tidak berubah. Namun, sebuah penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa persepsi waktu pada otak dapat berubah secara signifikan akibat kurangnya informasi baru.
Sebuah studi yang dilakukan oleh para peneliti di University of California, Berkeley menemukan bahwa ketika seseorang tidak menerima informasi baru dalam jangka waktu yang lama, otak akan mengalami perubahan dalam cara ia memproses waktu. Hal ini dapat menyebabkan seseorang merasa waktu berjalan lebih lambat atau lebih cepat dari yang sebenarnya.
Penelitian ini dilakukan dengan memberikan tugas perhitungan sederhana kepada sekelompok peserta selama beberapa menit. Setelah itu, peserta diminta untuk mengevaluasi seberapa lama mereka merasa telah melakukan tugas tersebut. Hasilnya menunjukkan bahwa peserta yang tidak menerima informasi baru selama tugas perhitungan cenderung merasa waktu berjalan lebih lambat dibandingkan dengan peserta yang menerima informasi baru.
Para peneliti menyimpulkan bahwa kurangnya informasi baru dapat memengaruhi persepsi waktu pada otak karena otak tidak memiliki banyak stimulasi untuk diproses. Hal ini dapat memengaruhi cara otak mengatur waktu dan membuat seseorang merasa waktu berjalan dengan kecepatan yang berbeda.
Temuan ini memiliki implikasi penting dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam era di mana informasi terus mengalir melalui berbagai media. Dengan banyaknya informasi yang diterima oleh otak, penting bagi kita untuk tetap aktif mencari informasi baru agar otak tetap terstimulasi dan tidak mengalami perubahan dalam persepsi waktu.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk terus mencari informasi baru, baik melalui membaca buku, mengikuti berita, atau belajar hal-hal baru. Dengan cara ini, kita dapat membantu otak kita tetap aktif dan menghindari perubahan dalam persepsi waktu yang dapat memengaruhi produktivitas dan kesejahteraan kita.